Yayasan Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Papua (YP2KP) mitra pelaksana program literasi dukungan Pemerintah Australia, UNICEF-DFAT menggelar kampanye akbar Program Peningkatan Mutu Baca Tulis Wilayah Pinggiran dan Terpencil di Hotel Horison, Rabu (6/6/2018). Kampanye akbar tersebut mengangkat tema Mimika Lawan Buta Huruf.

Kampanye akbar tersebut dikemas dalam bentuk diskusi interaktif bersama dengan sejumlah stakeholder pendidikan yang ada di Mimika. Bersama UNICEF dan YP2KP, para stakeholder pendidikan diajak untuk berdiskusi dan sharing pengalaman bagaimana agar pengentasan buta huruf atau buta aksara di Kabupaten Mimika bisa lebih maksimal.

Diskusi dihadiri berbagai pihak yang jadi stakeholder pendidikan seperti Dinas Pendidikan Mimika, Bappeda Mimika, DPRD Mimika, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, kepala-kepala sekolah, yayasan pendidikan di Mimika, media hingga komunitas guru. Kegiatan diakhiri dengan penandatanganan komitmen bersama pengentasan buta huruf.

Kegiatan dibuka langsung Sekda Mimika, Ausilius You, S.Pd, MM, MH didampingi Sekretaris Dinas Pendidikan, Anton Bugaleng, Sekretaris Bappeda Mimika, Santi Sondang, Wakil Ketua Komisi C DPRD Mimika, Hadi Wiyono dan Program Officer UNICEF Papua, David Sikirit.

Sekda Mimika, Ausilius You dalam sambutannya mengatakan, untuk memperbaiki pendidikan atau mengentaskan buta huruf di Mimika membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena Papua merupakan daerah yang berbeda karakteristiknya dibanding provinsi lain, infrastruktur yang belum maju dan sulitnya medan membuat sulit pengembangan pendidikan di Papua.

“Buta huruf atau buta aksara harus kita lawan bersama. Ada berbagai masalah yang perlu kita rembukkan bersama seperti; kurangnya sarana prasarana, kurangnya transportasi, rendahnya mutu pendidikan, rendahnya mutu guru,” kata Sekda You di depan para peserta diskusi.

Sekda You menjelaskan,  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika dan Dinas Pendidikan berharap pada Unicef agar mampu mengimbaskan, mensosialisasikan, mengkampanyekan pengentasan buta huruf lewat Kelompok Kerja Guru (KKG). Program literasi yang digagas UNICEF adalah hal penting, sehingga Dinas Pendidikan harus mengalokasikan dana untuk program literasi untuk mengimbaskan ke sekolah-sekolah lain.

“Program literasi diadakan di pinggiran dan terpencil karena adanya kesenjangan dengan yang di kota. Bagaimana caranya agar sekolah lain dapat terlepas dari buta huruf? Itulah tujuan diskusi ini diadakan. Pemkab dan Dinas Pendidikan jangan tinggal diam dan harus kerjasama dengan Unicef untuk tularkan, kampanyekan, imbaskan, sosialisasikan agar semakin banyak anak-anak terbebas dari buta huruf agar pendidikan di Kabupaten Mimika bisa terus maju,” terangnya.

Program Officer UNICEF, David Sikirit dalam pemaparannya mengatakan, untuk melakukan pemberantasan buta huruf, UNICEF melalui mitranya YP2KP telah melakukan program Peningkatan Mutu Baca Tulis Wilayah Pinggiran dan Terpencil. Dengan program ini, UNICEF-YP2KP melatih guru dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dan disusun berdasarkan penelitian yang panjang.

“Kita membantu kualifikasi/skill guru, manajemen kelas, ketersediaan dna penggunaan perpustakaan, ketersediaan buku dan keterjangkauan anak pada buku, leadership kepala sekolah, KKG antar guru maple, dispo, monitoring dan supervise yang intensif,” ungkapnya.

David mengungkapkan, UNICEF menyasar sekolah pinggiran dan terpencil karena Unicef ingin fokus ke anak Papua yang ada di daerah pinggiran dan terpencil dan untuk menjawab kesenjangan pendidikan dengan anak di kota. Untuk program Literasi di Kabupaten Mimika, UNICEF melakukan pendampingan ada 20 sekolah berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan

“UNICEF bukan lembaga donor tapi mitra kerja. Negara luar melihat Indonesia sudah bisa mulai untuk mandiri sehingga donor mulai berkurang. Karena itu berharap pemerintah dan dinas terkait agar program seperti ini bisa dianggarkan sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Sekretaris Dispen Mimika, Anton Bugaleng mengungkapkan, 20 sekolah yang didampingi UNICEF-YP2KP sangat antusias mengikuti program literasi. Program literasi penting mengingat pendidikan baca tulis sangat utama karena baca tulis merupakan awal yang penting.

“Pembinaan harus ditingkatkan dan diberdayakan untuk anak-anak kita untuk semua orang Papua. Buta huruf harus kita berantas, bukan hanya untuk anak tapi juga untuk orang tua tapi itu semua butuh dukungan dari pemerintah setempat. Dengan diskusi ini kita cari formula untuk menuntaskan buta aksara,” ungkapnya. (yp2kp)