Timika, 7 November 2017

Ditulis Oleh: Sheilla Tarami, S. Pd

 

Amar merupakan salah satu Distrik dari 12 Distrik yang ada di Kabupaten Mimika. Didalamnya terdapat  satu sekolah sasaran dari program Literasi Unicef dibawa bimbingan IP YP2KP  yaitu SD YPPK AMAR. Sekolah tersebut telah bergabung bersama YP2KP yang bermitra dengan Unicef sejak awal penerapan Literasi tahun 2015 hingga sekarang. Kampung tersebut terletak jauh dari kota Timika.

Jika hendak ke Kampung Amar dari Timika kami ke Pelabuhan Pomako selanjutnya menggunakan perahu jhonson dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan menggunakan mesin 40pk. Perjalan kesana kami menyusuri kali-kali dari kampung Kamoro hingga keluar lewat lautan dan menuju ke Kampung Amar.

Disana ada mentor yang sudah ditempatkan untuk melatih pengajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Literasi untuk guru-guru kelas awal khususnya guru kelas 1-3 SD. Guru-guru kelas awal yang ditempatkan di sekolah tersebut terkadang tidak menetap mengajar di sekolah karena sebagian dari mereka adalah guru kontrak dari yayasan yang sewaktu-waktu mereka akan dirolling ke sekolah YPPK yang lain. Namun, di sekolah tersebut ada seorang guru, ia merupakan guru honor dari sekolah namanya adalah Pak Guru Sinfoyanus Koari. Ia merupakan putra asli Kamoro yang berasal dari kampung Ipaya dan Ararau. Menurut penjelesannya, awal program literasi diterapkan di sekolah ia agak canggung untuk menerapkan pada anak-anak. Karena menurutnya ia masih kurang mampu memahami alur RPP yang diberikan walaupun ia sudah mendapatkan pelatihan dari mentor, “saya dulu itu belum bisa terapkan RPP baik ke anak-anak karena takut salah langkah” jelasnya kepada kami.

Tahun berganti program terus berjalan, mentor tetap memberikan pendampingan hingga 2 tahun ini. Pak guru Simpo nama panggilan yang sering disebut-sebut oleh anak-anak murid dan juga rekan-rekan guru yang lain mulai merasa ada perubahan dalam mengajar dengan menggunakan RPP Literasi. Baginya Literasi membuat anak-anak semangat untuk datang ke sekolah, karena banyak permainan, banyak lagu kebun huruf, banyak hal-hal menarik yang ia dapatkan ketika mendapatkan pelatihan dari mentor. Ia juga merasa senang karena selain pemberian metode pengajaran literasi mereka juga diberikan pelatihan Disiplin Positiv. Hal itu baginya baru ia dapatkan ketika program literasi ini ada di sekolah, karena ia sendiri mengaku sering memberikan hukuman yang keras kepada anak murid jika mereka membuat kesalahan. Namun, ketika pelatihan disiplin positiv diberikan ia mulai tahu cara mengatasi anak-anak yang membuat pelanggaran dan diberikan konsekuensi logis, “saya senang karena literasi ada di sekolah buat banyak perubahan untuk saya kalau mengajar, anak-anak suka datang ke sekolah”, cerita Pak guru Simpo.

Selain daripada itu kami juga melihat secara langsung proses pendampingan mentor bagi pak guru Simpo, beliau mulai baik menggunakan RPP Literasi. Langkah-langkah yang ada dalam RPP sudah baik diikuti. Walaupun awalnya ia merasa bingung, namun mentor terus membantu ketika ia mendapatkan kesulitan dalam proses pengajaran. Baginya semua butuh proses, pasti lambat laun ia akan mahir menggunakan RPP dan anak-anak semakin riang dan senang menjawab pertanyaan-pertanyaan, “semua butuh proses untuk jadi baik”, tuturnya bagi kami. Secara kasat mata kami merasa senang walaupun Pak guru yang sudah berusia 36 tahun ini, masih kesulitan memahami langkah-langkah dalam RPP tetapi ia sudah berani untuk menggunakan RPP. Latar belakang pendidikan yang bisa dikatakan tidak sama seperti guru yang lain yang memiliki titel sarjana pendidikan namun ia punya keberanian untuk menyemangati anak-anak kampung Amar. Ia berharap agar anak-anak murid ini kedepan dapat memimpin Kampung Amar menjadi lebih baik.

Pak guru yang suka mengkonsumsi sagu sebagai makanan favoritnya ini ketika bercerita dengan kami ia sangat senang, karena bisa mengungkapkan isi hatinya bahwa ia bangga Unicef dibawah arahan YP2KP punya perhatian yang baik untuk sekolah ini. Karena menurutnya, jarang sekali mereka mendapatkan kunjungan-kunjungan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Unicef ini kepada mereka. Di sela-sela diskusi kami, ia juga mengharapkan agar program literasi ini terus berlanjut hingga keadaan guru-guru di sekolah membaik. Karena di sekolah guru sangat kurang, sehingga kadang mentor juga membantu mengajar, “kalo bisa literasi ini lanjut sampe guru-guru disini semua ada dulu”, harapnya bagi kami.

Diakhir perbincangan kami dengan pak guru Simpo, beliau sangat berterimakasih kepada Unicef dan YP2KP karena lewat 2 lembaga ini anak-anak di kampung ini sangat rajin ke sekolah, tulisan-tulisan tangan anak-anak kelas 3 sudah bagus dan rapih. Awalnya mereka tidak tahu bunyi-bunyi huruf namun sekarang mereka semua dapat membunyikan huruf-huruf. Literasi yang diterapkan ini juga berdampak ke kelas besar, dimana buku-buku bacaan yang disumbangkan ke sekolah juga digunakan oleh kakak-kakak kelas dari kelas 4-6, “Anak-anak semakin suka untuk membaca dan menulis semua karena Literasi ada di sekolah”, tegasnya kepada kami.